Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan Indonesia telah menyampaikan sejumlah upaya dan langkah diplomasi, untuk ikut mengatasi konflik di Jalur Gaza. Presiden menyerukan para pemimpin dunia dan PBB untuk bertindak tegas dan nyata, guna memikirkan jalan keluar bagi kemerdekaan permanen di Palestina, serta mengesampingkan kepentingan nasional masing-masing di wilayah konflik itu.
“Indonesia punya pendapat perdamaian dan keamanan dunia sangat dipengaruhi oleh situasi politik dan keamanan di Timur Tengah, utamanya di Palestina," ujar Presiden Yudhoyono. "Indonesia juga berharap, ketika masyarakat dunia bersatu dan serius menangani Palestina, tujuannya tiada lain adalah kemerdekaan Palestina. Kedua, terwujudnya perdamaian di kawasan itu secara permanen. Barangkali ada banyak negara yang punya banyak kepentingan, (tapi) saya serukan kepada para pemimpin dunia lain untuk dahulukan kepentingan Palestina.”
Seperti yang pernah disampaikannya kepada Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, akhir pekan lalu di Jakarta, Indonesia siap terlibat aktif dalam perundingan Palestina. Indonesia bahkan siap mengirimkan pasukan perdamaian.
Mengenai nasib warga Indonesia yang sempat ditawan Israel, hari ini 10 orang sudah sampai dengan selamat di Amman, Yordania. Presiden SBY juga sudah berbicara dengan salah satu relawan, Ferry Nur. Sementara itu, dua warga Indonesia lainnya dikabarkan luka berat.
“Laporan yang saya terima dari kemarin sampai (Rabu) tadi pagi, kedua orang itu tertembak di kaki dan tangan, dan satu orang lagi tertembak di bagian dada. Dua-duanya dirawat di rumah sakit Israel, yang Pak Ferry sendiri tidak tahu di backbone (lokasi) dirawatnya.”
Konflik di Timur Tengah semakin melebar kepada urusan agama, sejak Israel menggali tanah di areal Masjidil Aqsha untuk pemukiman warganya. Meskipun ditentang masyarakat internasional, aksi penggalian itu tetap dilakukan. Namun demikian, dukungan Indonesia ini diharapkan tidak hanya karena perkara agama. Hal ini diungkapkan Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Ulama, Said Agil Siradj, usai bertemu Presiden Yudhoyono, pada Rabu siang.
“(Ini) sebetulnya konflik politik. Jadi, bangsa Palestina yang dijanjikan kemerdekaannya tahun 2008, (tapi) sampai sekarang itu masih belum terwujud. Israel menyetujui negara Palestina tapi tidak (boleh) punya Angkatan Udara, tidak punya tentara, tidak punya pelabuhan, nah negara macam apa itu? Sepertinya hampir baik kemarin ketika Presiden Obama bersikap objektif, (perundingan) hampir berhasil, tetapi upaya itu berantakan dengan adanya tragedi penyerangan kapal ini.”
Sumber : VOA
0 komentar:
Posting Komentar